Ads 468x60px

Pengalaman Ariel Tinggal di "Kampung Atas"




Setelah menyerahkan diri kepada kepolisian, Nazril Irham pun memasuki lingkungan baru bernama Rutan Bareskrim Mabes Polri.

Setelah menjalani sedikit pemeriksaan dan penandatanganan berkas, Ariel pun diantar memasuki ruang tahanan oleh seorang penyidik. Di tempat itu, seorang teman dekat melepas dirinya dengan pelukan. Ariel tak menyebut siapa teman dekat yang dimaksud, Luna Maya atau orang lain.

Demikian dalam buku Ariel bertajuk Kisah Lainnya: Catatan 2010-2011 yang diterbitkan Kepustakaan populer Gramedia dan dirilis Ariel didamping personel Noah lainnya, kemarin.

Di situ Ariel mengenal “Kampung Tengah”, “Kampung Bawah”, dan “Kampung Atas” itu adalah penamaan bagi tiga blok sel yang ada di Rutan Bareskrim Mabes Polri. Ariel pun menjadi penghuni “Kampung Atas”. Saat masuk ke kampung atas, dia berkenalan dengan Pak RT, julukan itu diberikan kepadanya karena dipercaya untuk menjadi perwakilan para tahanan.

Pak RT yang ditahan karena pembunuhan seorang direktur salah satu perusahaan besar itu menceritakan mengenai kondisi Rutan yang akan dihadapinya hari-hari mendatang. Salah satunya, “jangan kaget kalau ada yang teriak”. Benar saja, beberapa hari kemudian, Ariel sempat terkaget bangun dari tidur, karena ada yang teriak, “Makin jelas!”.

Dua tiga hari di Rutan, Ariel menghabiskan waktu untuk memahami lingungan sekitarnya dengan berkenalan dan mengobrol dengan sesama penghuni. Ada juga penghuni yang ingin berfoto bersama dirinya. Salah satu foto itu meluncur di dunia mata, dia yakin foto itu di-capture dari CCTV yang ada di penjara.

Berkenal dengan Ustadz Baasyir

Ustadz Baasyir masuk rutan bareskrim tak lama setelah Ariel. Masuknya Ustadz Abu membuatnya harus berpindah sel yang berpenghuni banyak, sedangkan rekan selnya pindah ke “Kampung Bawah”. Sel Ariel digunakan Ustadz Abu sendirian, ditambah sebuah kamera pengawas.

Ariel berkenalan dengan Ustadz Abu saat penghuni “Kampung Atas” tengah berkumpul di ruang tengah. Saat itu, anggota DPR yang tengah berjuang mengembalikan namanya, Pak Mis, tengah berdiri melucu dengan mengenakan sarungnya. Tak disadarinya, Ustadz Abu berada di belakangnya hendak ke dapur untuk mengambil air. “Ini Ariel Pak Ustadz,” kata Pak Mis yang disambut tawa yang lain.

“Oh ini Ariel? Saya hanya tahu namanya saja” kata Ustadz Abu sembari tertawa.

Sambil senyum, dia menasehati, “Jangan berkecil hati. Manusia diciptakan di dunia ini memang untuk bikin kesalahan, lalu memperbaiki diri. Kalau semua orang sudah tidak memiliki kesalahan lagi, maka semua ini akan dimatikan oleh Tuhan, karena tak ada lagi tujuan kehidupan”. Kata-kata itupun selalu tersimpan di kepala Ariel.